Kamis, 07 November 2013

Manajemen Resiko


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam dunia yang semakin berkembang ini, sudah pastinya kita sudah sering kali mendengar kata resiko dalam kehidupan sehari-hari kita. Resiko  merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi.  Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko - resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal.  Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.  Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.  Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah risiko (risk).  Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja.  Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.
Oleh sebab itu resiko sangat perlu diolah karena resiko mengandung biaya yang tidak sedikit.  Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran.  Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual).  Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas.  Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko.  Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya resiko yang sangat berlebihan yang dapat membuat perusahaan gulung tikar, oleh sebab itu kita perlu melakukan ha-hal yang lebih terarah, salah satunya dengan mengukur dimensi resiko yang akan terjadi pada diri sendiri pada khususnya dan pada perusahaan pada umunya.[1]

B.     Rumusan  Masalah
Dalam makalah ini penulis membatasi permasalaha yang akan disajikan dimana hanya mencakup tentang :
1.      Apa pengertian manajemen resiko ?
2.      Bagaimana tahapan dalam manajemen resiko ?
3.      Ruang lingkup manajemen resiko ?
4.      bagaimana pentingnya manajemen resiko ?
5.      Bagaiman manajemen risiko di bank ?
6.      Apa resiko di bidang perbankan ?
7.      Bagaiman Pengelolaan Resiko ?

C.    Tujuan
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem manajemen perusahaan organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Manajemen Resiko
Istilah (risk) Resiko memiliki berbagai definisi. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Manajemen resiko juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang terstruktur atau metodologi dalam upaya mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk Penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan menatasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya. Dalam manajemen resiko, strategi yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini antara lain dengan memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu.[2]
Pengertian resiko menurut para ahli :
Pengertian manajemen resiko menurut Djohanputro (2008) Manajemen resiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan resiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan resiko.
Pengertian manajemen resiko menurut Siahaan (Manajemen Resiko. PT Elex Media Computindo. Jakarta. 2007) manajemen risiko adalah perbuatan (praktik) dengan manajemen Resiko, menggunakan metode dan peralatan untuk mengelola Resiko sebuah proyek.
Pengertian manajemen resiko menurut Smith (1990) Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah Resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
Pengertian manajemen resiko menurut Australia/New Zealand Standards (1999). Manajemen Resiko merupakan suatu proses yang logis dan sistematis dalam mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mengendalikan, mengawasi, dan mengkomunikasikan Resiko yang berhubungan dengan segala aktivitas, fungsi atau proses dengan tujuan perusahaan mampu meminimasi kerugian dan memaksimumkan kesempatan. Implementasi dari manajemen risiko ini membantu perusahaan dalam mengidentifikasi Resiko sejak awal dan membantu membuat keputusan untuk mengatasi Resiko tersebut.
Pengertian manajemen resiko menurut William Manajemen resiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
Pengertian manajemen resiko menurut Fahmi (2010) Manajemen resiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.[3]
Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko - resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam, tuntutan hukum, kebakaran maupun kematian). Manajemen resiko keuangan pada sisi lainnya, sangatlah fokus pada resiko yang bisa dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan. Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat
B.     Tahapan dalam Manajemen Resiko
Menetapkan konteks adalah menetapkan parameter dasar dimana suatu risiko harus dikelola dan menyiapkan pedoman untuk membuat keputusan yang lebih rinci dalam proses manajemen resiko. Konteks tersebut termasuk lingkungan internal dan eksternal organisasi dan tujuan aktivitas manajemen resiko.
Ø  Menetapkan konteks eksternal
Langkah ini menentukan lingkungan eksternal dimana organisasi beroperasi dan hubungan antara organisasi dan lingkungannya antara lain: lingkungan sosial budaya, regulasi (perkembangan), kompetisi, pasar keuangan dan lingkungan politik serta stakeholder eksternal.
Ø  Menetapkan konteks internal
Sebelum aktivitas manajemen resiko disetiap level dimulai, maka perlu memahami suatu organisasi antara lain meliputi:
1.      Struktur
2.      Kapabilitas sumber daya seperti manusia, sistem, proses, modal
3.      Target dan sasaran serta strategi untuk mencapainya[4]



C.    Ruang Lingkup Manajemen Resiko          
Ruang lingkup proses manajemen resiko terdiri dari:
a)    Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola resikonya
Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan

b)   Identifikasi resiko
Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:
1)      Brainstorming (pengungkapan Pendapat)
2)      Survey
3)      Wawancara
4)      Informasi historis
5)      Kelompok kerja
c)    Analisis resiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).
d)   Evaluasi resiko
Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan.
Hasil Evaluasi risiko diantaranya adalah:
1)      Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
2)      Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
3)      Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam parameter biaya ataupun parameter lainnya.
4)      Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.


e)    Pengendalian resiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.
f)    Monitor dan Review
Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
g)   Koordinasi dan komunikasi
Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.[5]

D.    Pentingnya Manajemen Resiko
Dalam setiap usaha tentunya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) dengan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Namun terdapat beberapa faktor yang sulit untuk dikendalikan untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan biaya. Dalam penerapannya terdapat beberapa kendala :
1.      Kontrak antara nasabah dan Bank itu mengikat dalam jangkawaktu yang relatif lama, sehingga dapat terjadi bahwa return (keuntungan) secara jangka pendek baik namun secara jangka waktu yang relatif panjang perlu diprediksi dari awal seberapa jauh kemungkinan return tersebut sulit diperoleh kembali di masa mendatang.
2.      Bank tidak mempunyai kemampuan untuk selalu memantau secara ketat kondisi counterparties.
3.      Terdapat  constraint  dari internal management  Bank untuk melakukan pengendalian secara comprehensive (luas) terhadap seluruh komponen yang dapat merugikan Bank.
Kondisi tersebut di atas terasa sekali terutama terdapat pada Bank-bank yang belum secara formal menerapkan risk management, akibatnya sering sekali terjadi bahwa Bank menyadari adanya kerugian setelah keuntungan Bank menurun atau tersedianya modal Bank berkurang. Manajemen resiko diharapkan dapat mendeteksi maksimum kerugian yang mungkin timbul di masa mendatang serta kebutuhan tambahan modal apabila dampak proyeksi kerugian dimaksud dapat mengakibatkan jumlah modal di bawah ketentuan minimum yang dipersyaratkan otoritas pengawasan.
E.     Manajemen Risiko di Bank
Sudah ditetapkan berdasarkan ketentuan BI No. 5 / 8 / PBI / 2003: “ Penetapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum ”. dimana suatu bank mengelola beberapa risiko:
a.       Identifikasi resiko,
b.      Pengukuran resiko,
c.       Pemantauan resiko,
d.      Pengendalian resiko
Selain itu, juga ada ketentuan BI yakni: PBI No. 5 / 8 / PBI / 2003, Manajemen resiko yang Terintregrasi dan juga Pengelolaan resiko secara efektif oleh dewan direksi bank :
a.       Pengawasan aktif
b.      Prosedur dan kebijakan limit resiko
c.       Prosedur pengelolaan resiko
d.      Struktur manajemen informasi
e.       Struktur pengendalian internal.[6]

F.     Resiko Di Bidang Perbankan
            Usaha jasa perbankan mengandung beberapa unsur resiko mengingat kontrak antara Bank dengan nasabah mengikat dalam kurun waktu kedepan. Dengan demikian masing-masing pihak mempunyai moral untuk tidak memenuhi kewajibannya di masa mendatang atau kondisi external (pasar) berubah ke arah yang merugikan Bank antara lain fluktuasi nilai tukar dan suku bunga. Kemungkinan tidak terpenuhinya kewajiban nasabah kepada Bank maupun fluktuasi (perbahan harga suatu barang karena pengaruh permintaan dan penawaran). faktor external perlu dikendalikan untuk meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi di Bank. Proses dalam mengendalikan berbagai resiko dimaksud perlu diformalkan dalam management Bank.
           Resiko dapat berupa resiko kredit apabila nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank. Namun demikian masih banyak resiko - resiko lainnya seperti resiko nilai tukar, suku bunga dan operasional yang sering sekali dapat menyebabkan Bank mengalami kerugian yang cukup besar. Mengingat tidak setiap resiko selalu menjadi ancaman bagi Bank, maka setiap Bank akan melakukan identifikasi terhadap resiko - resiko yang mungkin timbul serta melakukan manajemen resiko sesuai dengan tingkat kompleksitas usahanya.
G.    Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
1.      Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
2.      Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
3.      Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging.
4.      Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.
5.      Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurangi maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.[7]

 

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manajemen risiko adalah suatu cara dalam mengorganisir suatu risiko yang akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau yang tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain,menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko.
Manajemen risiko tidak semata berlaku di sektor bisnis, namun semakin mendesak untuk diapplikasikan di sektor publik. Banyak argumen pendukung, dan tampaknya faktor utama adalah perubahan lingkungan dan sumber daya yang terbatas bagi pencapaian tujaun organisasi.
Risiko memiliki berbagai definisi, dan berkaitan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Pada sisi lain, penanganan risiko bahkan dapat memuncul-kan peluang bagi organisasi. Risiko tidak dapat dihindari oleh organisasi, dan terdapat pada sumber daya yang dimiliki dan proses operasi termasuk pengendalian. manajemen risiko diperlukan bagi pencapaian tujuan suatu unit dan tujuan organisasi secara keseluruhan.




DAFTAR PUSTAKA

http://abhymujahidmuda.blogspot.com/ (02 Mei 2013 pukul 12:46)
http://www.speotics.com/2012/09/pengertian-manajemen-risiko.html (20 Mei
            2013 pukul 22:54)
http://hovidintkj.blogspot.com/2011/11/makalah-manajemen-risiko.html (20 Mei
            2013 pukul 22:54)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar